Tren penggunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelegence/AI) tak hanya berdampak pada kemudahan yang ditawarkan dalam mengerjakan kehidupan sehari-hari, tetapi juga mulai menyentuh area kesehatan mental seseorang. Melalui salah satu produk AI yang berupa chatbot, beberapa pihak mulai dipergunakan sebagai sarana terapi karena memberikan jawaban-jawaban yang lumayan dan mendetail.
Dilansir dari BBC, pendiri aplikasi chatbot asal Amerika Serika, Replika, yang juga programmer, Eugenia Kuyda menawarkan kepada para penggunanya sebuah terobosan dari produk AI yang peduli dan selalu ada disisi Anda untuk mendengarkan serta konsultasi. Diluncurkan pada 2017, Replika kini sudah memiliki 2 juta pengguna aktif.
Masing-masing pengguna memiliki chatbot atau “replika” yang unik di mana pengolahan data diambil dan dipelajari AI dari percakapaan yang berlangsung. Selain itu, pengguna juga dapat mendesain avatar mereka sendiri sesuai dengan keinginan.
Dalam wawancarannya dengan BBC, Kuyda mengatakan bahwa pengguna aplikasi Replika ini mencakup anak-anak autis yang mempergunakannya sebagai “pemanasan sebelum berinteraksi dengan orang-orang”, sampai orang dewasa yang kesepian dan membutuhkan teman. Tak hanya itu saja, beberapa orang juga menggunakan aplikasi ini untuk berlatih wawancara kerja, melakukan perbincangan tentang politik, atau sebagai konselor pernikahan.
Baca juga. Petisi “Waktu Jeda” untuk Pengembangan Teknologi AI Seperti GPT-4
Meskipun aplikasi ini dirancang sekedar sebagai teman atau pendamping, pada kenyataannya mampu membantu kesehatan mental Anda, seperti membangun kebiasaan yang lebih baik dan mengurangi kecemasan. Menurut World Health Organization (WHO), hampir 1 miliar orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental.
Beberapa orang yang mengalami gangguan mental dan berusaha untuk pulih memiliki banyak kendala seperti mencari terapis yang tepat, biaya terapi, dan stigma masyarakat. Namun, dengan adanya aplikasi chatbot ini, banyak orang yang terbantu sehingga mendapat sambutan yang baik.
Menurut salah satu anggota British Psychological Society, Dr. Paul Marsden mengatakan bahwa aplikasi seperti chatbot Replika ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mental jika penggunanya juga menemukan cara yang tepat menggunakannnya dan dengan batasan yang jelas. Dengan banyaknya kehadiran aplikasi serupa membuat Marsden cukup sulit mengetahui mana yang tepat untuk digunakan dan menurutnya mau bagaimanapun, chatbot AI tidak bisa menggantikan terapis manusia.
Meskipun demikian, Dr. Marsden memandang optimis terhadap kekuatan AI untuk meningkatkan efektivitas chatbot teapeutik. Ia menyoroti fakta bahwa beberapa perusahaan chatbot AI terkemuka, seperti OpenAI – lewat produknya ChatGPT – telah membuka teknologi mereka ini kepada publik. Hal ini memungkinkan aplikasi kesehatan mental menggunakan pengetahuan yang luas untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan keterampilan komunikasi chatbot mereka, seperti salah satu penyedia yang telah menggunakan teknologi OpenAI adalah Replika.
Selain manfaatnya, Replika pun pernah mengalami beberapa masalah seperti dugaan penggunaan data pribadi dan percakapan eksplisit chatbot mereka. Demi mencegah hal tersebutm seorang juru kampanye privasi online dari Inggris, Jen Persson mengusulkan bahwa harus adanya regulasi global untuk terapis chatbot. Menurutnya, perusahaan AI yang membuat klaim produk tentang mengidentifikasi atau mendukung kesehatan mental, atau yang dirancang untuk memengaruhi keadaan emosi seseorang, harus diklasifikasikan sebagai produk kesehatan, dan harus tunduk pada standar kualitas dan keamanan yang sesuai.
Kuyda, pendiri Replika, menganggap bahwa chatbot seperti Replika hanya dapat dianggap sebagai pendamping, seperti memiliki hewan peliharaan, dan tidak boleh dipandang sebagai pengganti dari bantuan terapis manusia. Menurutnya, terapi langsung memberikan wawasan yang lebih besar ke dalam jiwa manusia melalui kontak fisik dan bahasa tubuh yang tidak dapat disediakan oleh chatbot.
Terlepas dari pro dan kontra yang terjadi dalam pengembangan kecerdasan buatan (artificial intelegence/AI), GlobalXtreme juga terus berinovasi demi memberikan yang terbaik kepada para pelanggannya. GlobalXtreme selaku penyedia jasa layanan Internet Fiber Optic no. 1 di Bali berkomitmen terus berdampak bagi kemajuan teknologi untuk seluruh lapisan masyarakat dan memberikan layanan terbaik kepada pelanggan melalui jaringan infrastruktur yang memadai, teknisi berpengalaman, dan layanan customer service 24/7. GlobalXtreme memberikan penawaran layanan Internet mulai dari 300.000 rupiah dengan kecepatan 75 Mbps sampai 1 Gbps (Dedicated Internet Access) dan untuk info lebih lanjut hubungi (0361) 736 811.