Perubahan Iklim Bawah Tanah Ancam Keberlanjutan Infrastruktur Kota

Perubahan Iklim Bawah Tanah Ancam Keberlanjutan Infrastruktur Kota

Pemanasan global mempengaruhi tanah di bawah kota-kota besar, di mana berpotensi bahaya bagi infrastruktur sipil yang tidak siap.

Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada permukaan bumi, tetapi juga meresahkan kota-kota besar di bawah tanah mereka. Studi baru yang dipimpin oleh para ilmuwan dari Universitas Northwestern mengungkapkan bahwa perubahan iklim terkait dengan pergeseran dan deformasi tanah di perkotaan akibat kenaikan suhu. Peningkatan suhu menyebabkan perubahan bentuk tanah, yang dapat menyebabkan kerusakan pada fondasi bangunan dan mengganggu kinerja infrastruktur dalam jangka panjang.

Para peneliti menjelaskan bahwa perubahan iklim bawah tanah merupakan bahaya yang sering terabaikan. Tanah yang mengalami perubahan bentuk akibat variasi suhu tidak memiliki sistem infrastruktur yang dirancang untuk menangani perubahan tersebut. Meskipun fenomena ini tidak secara langsung mengancam keselamatan manusia, namun dapat mengganggu operasional sistem fondasi dan infrastruktur sipil sehari-hari.

Pendekatan yang paling efektif untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengisolasi struktur bawah tanah sehingga jumlah panas yang terbuang dapat diminimalisir. Para peneliti juga menunjukkan bahwa kerusakan bangunan di masa lalu kemungkinan disebabkan oleh kenaikan suhu, dan mereka memperkirakan bahwa masalah ini akan terus berlanjut di masa mendatang.

Meskipun perubahan suhu dapat menjadi ancaman bagi infrastruktur, peneliti juga melihatnya sebagai peluang potensial. Dengan memanfaatkan limbah panas yang dihasilkan oleh infrastruktur bawah tanah seperti sistem transportasi bawah tanah, garasi parkir, dan ruang bawah tanah lainnya, perencana kota dapat mengurangi dampak perubahan iklim bawah tanah dan bahkan menggunakan panas tersebut sebagai sumber energi yang belum dimanfaatkan.

Fenomena perubahan iklim bawah tanah, juga dikenal sebagai “pulau panas di bawah permukaan”, terjadi di banyak kota-kota besar di seluruh dunia. Panas terus berdifusi dari bangunan dan transportasi bawah tanah, menyebabkan tanah menjadi semakin hangat. Permukaan tanah di bawah kota telah terbukti mengalami kenaikan suhu antara 0,1 hingga 2,5 derajat Celsius per dekade. Fenomena ini tidak hanya mengancam ekologi, seperti kontaminasi air tanah dan masalah kesehatan seperti asma dan sengatan panas, tetapi juga memiliki dampak yang belum sepenuhnya dipahami pada infrastruktur sipil.

Ilustrasi contoh feromena perubahan iklim. (pexels)

Dilansir dari Kompas dan CNN, Studi baru yang dipimpin ilmuwan dari Universitas Northwestern, Amerika Serikat, ini dipublikasikan di Communications Engineering, bagian dari jurnal Nature, pada Selasa (11/7/2023). Ini merupakan studi pertama yang mengukur deformasi tanah akibat pulau panas di bawah permukaan dan pengaruhnya terhadap infrastruktur sipil.

Dikutip dari sciencedaily, Alessandro Rotta Loria dari Universitas Northwestern dan timnya melakukan penelitian di Chicago Loop selama beberapa tahun terakhir. Mereka memasang sensor suhu di berbagai lokasi, termasuk ruang bawah tanah gedung, terowongan kereta bawah tanah, garasi parkir bawah tanah, dan jalan di bawah permukaan. Data dari sensor-sensor tersebut mengungkapkan perbedaan suhu yang signifikan antara area di bawah Chicago Loop dan Grant Park, yang jauh dari bangunan dan infrastruktur bawah tanah. Suhu bawah tanah di Chicago Loop dapat mencapai 10 derajat Celsius lebih tinggi daripada suhu di Grant Park. Ketika panas berdifusi ke tanah, tekanan signifikan diberikan pada material yang menyebabkan perubahan bentuk dan pergerakan tanah.

Lapisan geologis di bawah Chicago Loop. source Alessandro Rotta Loria, Universitas Northwestern/ Kompas

Dalam menjaga keberlanjutan infrastruktur kota di masa depan, penting untuk mengintegrasikan teknologi panas bumi. Strategi perencanaan perlu memanfaatkan limbah panas untuk mengurangi dampak perubahan iklim bawah tanah. Isolasi termal pada bangunan baru dan eksisting juga harus dipertimbangkan untuk membatasi jumlah panas yang memasuki tanah.

Para peneliti menekankan bahwa pendekatan yang paling efektif dan rasional adalah mengisolasi struktur bawah tanah agar jumlah panas yang terbuang menjadi minimal. Namun, jika hal tersebut tidak memungkinkan, teknologi panas bumi dapat menjadi solusi yang efisien dengan menyerap dan menggunakan kembali panas di dalam bangunan. Upaya ini akan membantu meminimalkan penggunaan energi yang diperlukan untuk mendinginkan struktur bawah tanah.

Perubahan iklim bawah tanah adalah tantangan yang kompleks, namun dengan pemahaman yang lebih baik dan tindakan proaktif, kita dapat melindungi infrastruktur sipil dari kerusakan dan mengoptimalkan potensi energi yang belum dimanfaatkan. Keberlanjutan infrastruktur kota di masa depan tergantung pada solusi inovatif yang menghadapi bahaya sunyi dari perubahan iklim bawah tanah.

GlobalXtreme sebagai perusahan jasa layanan Internet di Bali pun menaruh perhatian terhadap perubahan iklim dengan memberi dukungan pada program yang mengarah ke topik keberlangsungan atau sustainability. Komitmen tersebut sejalan dengan bagaimana GlobalXtreme memberikan pelayanan penuh kepada setiap pelanggannya melalui jaringan infrastruktur yang memadai, teknisi berpengalaman, dan layanan customer service 24/7. GlobalXtreme memberikan penawaran layanan Internet mulai dari 300.000 dan untuk info lebih lanjut hubungi (0361) 736 81