Film “Budi Pekerti”, Ungkap Dampak Media Sosial di Kehidupan Nyata

Film "Budi Pekerti" diperankan oleh Sha Ine Febriyanti, Dwi Sasono, Prilly Latuconsina, dan Angga Yunanda. source Instagram/Rekatarasa

Film “Budi Pekerti” cerminan dampak media sosial di dunia nyata, diperankan oleh Sha Ine Febriyanti, Dwi Sasono, dan Prilly Latuconsina.

Dunia maya tidak hanya sekadar ruang interaksi tanpa batas, tetapi juga bisa menjadi arena yang penuh intrik dan dampak mendalam. Hal inilah yang diangkat dalam film terbaru “Budi Pekerti”, yang akan memulai debutnya di layar lebar Indonesia pada 2 November 2023 serentak di seluruh Indonesia, termasuk Bali.

Dibintangi oleh Sha Ine Febriyanti, Dwi Sasono, Prilly Latuconsina, Angga Yunanda, dan didukung oleh Omara Esteghlal, Ari Lesmana, serta Annisa Hertami, film ini diharapkan akan menggugah kesadaran masyarakat tentang dampak dari tindakan di media sosial, khususnya tentang gerakan melawan cyberbullying yang juga menjadi perhatian GlobalXtreme selaku salah satu pihak yang mendukung film ini terlaksana.

Daftar Pemain

  1. Sha Ine Febriyanti sebagai Bu Prani
  2. Dwi Sasono sebagai Pak Didit
  3. Prilly Latuconsina sebagai Tita
  4. Angga Yunanda sebagai Muklas
  5. Omara Esteghlal sebagai Gora
  6. Ari Lesmana sebagai Tunas

Sinopsis

Film “Budi Pekerti” mengisahkan kehidupan seorang guru BK, Prani (Sha Ine Febriyanti), yang kehidupannya berubah drastis setelah sebuah video kemarahannya menjadi viral di media sosial. Sebagai guru di sebuah SMP di Yogyakarta, Prani awalnya dikenal karena pendekatannya yang humanis dalam mendidik. Namun, dalam sekejap, reputasinya hancur karena satu kesalahan yang tak disengaja.

Peristiwa ini menyeret seluruh keluarganya ke dalam pusaran masalah. Anak-anaknya, Tita (Prilly Latuconsina) dan Muklas (Angga Yunanda), berusaha keras untuk memperbaiki citra ibu mereka, sementara ayah mereka, Didit (Dwi Sasono), yang mengidap bipolar, terpaksa dilibatkan dalam upaya pemulihan nama baik keluarga.

Karya sutradara Wregas Bhanuteja ini layak diperhitungkan. Terkenal dengan film “Penyalin Cahaya” yang meraih 12 Piala Festival Film Indonesia, Bhanuteja menunjukkan kepiawaiannya dalam memvisualkan cerita yang mengaduk-aduk emosi namun tetap relevan dengan kehidupan sosial masyarakat saat ini.

Film berdurasi dua jam ini menyuguhkan alur cerita yang rapi, dinamis, dan penuh makna. Detil dalam setiap adegan, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh para pemain menunjukkan dedikasi tinggi dalam pembuatan film ini. Menurut Prilly Latuconsina, bekerja di bawah arahan Wregas bagaikan kembali ke sekolah akting, di mana dia belajar banyak tentang emosi, bahasa Jawa, dan lainnya.

Prilly Latuconsina yang berperan sebagai Tita berharap penonton bisa memetik pelajaran penting dari Budi Pekerti yakni lebih bijak dalam menggunakan media sosial. source. Instagram/filmbudipekerti

Pesan Sosial

“Budi Pekerti” bukan hanya sekedar tontonan. Film ini membawa pesan mendalam tentang bagaimana kekuatan media sosial bisa berdampak besar pada kehidupan seseorang. Kisah Prani dan keluarganya menjadi representasi dari realitas banyak orang di era digital ini. Kita diingatkan untuk lebih berhati-hati dalam bertindak di dunia maya dan tidak sembarangan dalam menghakimi orang lain.

Respon Internasional

Sebelum tayang di Indonesia, “Budi Pekerti” sudah mendapat perhatian di kancah internasional dengan penayangan perdana globalnya di Toronto International Film Festival (TIFF) 2023. Film ini juga menyabet nominasi terbanyak di Festival Film Indonesia (FFI) 2023, sebuah prestasi yang tidak bisa dianggap enteng.

Tanggapan umum

Film ini berhasil menciptakan sebuah kisah yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik. Setiap karakter dalam film ini memiliki kedalaman dan perkembangan yang signifikan sepanjang cerita, memberikan pesan tentang kekuatan keluarga, cinta, dan pengampunan.

Sha Ine Febriyanti memberikan penampilan yang kuat dan menyentuh sebagai Prani. Sementara itu, Dwi Sasono, Prilly Latuconsina, dan Angga Yunanda memberikan dukungan yang solid, menciptakan dinamika keluarga yang autentik dan relatable.

Aktris Sha Ine Febriyanti berperan sebagai guru bimbingan konseling, Bu Prani, tokoh sentral dalam film “Budi Pekerti”. source. Instagram/filmbudipekerti

Dengan sentuhan sinematografi yang indah dan skor musik yang memperkuat narasi, “Budi Pekerti” bukan hanya sebuah film, tetapi juga sebuah pengalaman emosional yang akan membekas di hati penonton.

“Budi Pekerti” adalah film yang wajib ditonton, tidak hanya karena kualitas produksinya yang tinggi, tapi juga karena relevansinya dengan isu-isu sosial saat ini. Sebuah peringatan tentang betapa mudahnya reputasi seseorang bisa hancur di era digital, dan pentingnya empati serta pengertian dalam kehidupan bermasyarakat.

Buat warga Bali pada 2 November 2023, jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan film monumental ini di bioskop. GlobalXtreme menjadi salah satu sponsor dari film “Budi Pekerti”.

Partisipasi GlobalXtreme tidak hanya menandai komitmen perusahaan dalam mendukung industri kreatif lokal, tetapi juga memperkuat pesan film tentang penggunaan media sosial dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

Kreativitas dan Visi Wregas Bhanuteja

Dalam menjadikan “Budi Pekerti” sebuah karya yang relevan dan bermakna, tak bisa dipungkiri peran penting Wregas Bhanuteja sebagai sutradara. Lahir di Yogyakarta pada 20 Oktober 1992, Wregas memulai kariernya dengan penuh gairah dan dedikasi. Sebagai lulusan Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta, dia telah menunjukkan bakatnya sejak duduk di bangku SMA dengan karya-karyanya yang introspektif dan penuh gagasan.

Film “Budi Pekerti” menjadi persembahan Wregas Bhanuteja untuk dua gurunya di SMP Stella Duce Yogyakarta yang memiliki jasa besar menghantarkannya hingga menjadi sutradara. source. Instagram/WregasBhanuteja

Karya-karyanya yang menonjol, seperti film pendek “AKU” yang berhasil menang di Kompetisi Film Pendek Psymotion Yogyakarta dan “Lembusura” yang mendapat perhatian di Festival Film Berlinale, menunjukkan kedalaman pemikirannya. Prestasi monumentalnya terjadi ketika “Prenjak” (In The Year of Monkey) dinobatkan sebagai film pendek terbaik di Le Semaine de la Critique 2016, Cannes, membuktikan kepiawaiannya dalam berkarya di kancah internasional.

Kembali ke “Budi Pekerti”, karya terbaru Wregas ini tak hanya mengundang decak kagum dalam hal penyutradaraan dan penceritaan, tetapi juga dalam memberikan pesan moral dan sosial yang mendalam. Film ini dijadwalkan sebagai salah satu kontender utama di Festival Film Indonesia (FFI) 2023, menandai posisinya sebagai karya penting dalam filmografi Wregas Bhanuteja.