Harvard Terapkan Chatbot AI dalam Proses Belajar Mengajar

CS50, Chatbot AI rilisan Universitas Harvard bantu proses belajar mengajar. source medium

Universitas Harvard menjadi salah satu pilot project inovasi dengan mengintegrasikan AI Chatbot ke dalam proses belajar mengajar.

Kehadiran chatbot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelegence/AI) merupakan salah satu dari banyak revolusi dan jani besar dalam dunia teknologi informasi. Dikenal sebagai antarmuka baru yang dirancang untuk menggantikan atau melengkapi aplikasi atau situs yang mampu membuat pengguna bisa berinteraki dengan layanan obrolan.

Sejak kemunculannya, pro dan kontra mewarnai respon masyarakat akan chatbot AI, tak terkecuali dari dunia pendidikan. Pada dasarnya chatbot dapat digunakan untuk memberikan kuliah dasar dengan fungsi sebagai penasihat virtual, di mana dalam prosesnya teknologi ini bisa beradaptasi dengan kemampuan siswa/mahasiswa.

Baca juga Memahami Teknologi AI: Definisi, Aplikasi, dan Masa Depannya

Dilansir dari kompas, salah satu universitas terkemuka dunia, Universitas Harvard di Amerika Serikat mulai mengadopsi teknologi AI dalam proses belajar mengajar para mahasiswanya. Menurut informasi yang didapatkan, para pelajar yang mendaftar di mata kuliah ilmu komputer dengan topik “introduction to computer science” (kode mata kuliah CS50) akan belajar menggunakan chatbot berbasis AI pada musim gugur mendatang, September-Desember.

Chatbot AI yang digunakan bukanlah ChatGPT atau AI lainnya, melainkan model bahasa yang dikembangkan sendiri oleh pihak Harvard untuk “mengajar”. Salah satu alasan digunakannya chatbot AI ini adalah untuk membantu mahasiswa dalam melakukan debug code atau mencari dan memperbaiki kesalahan di setiap kode dalam perangkat lunak, memberikan feedback dari kode-kode yang dibuat sampai menjawab pertanyaan tentang kesalahan pengkodean.

Salah satu profesor yang mengajar di kelas tersebut, David J. Malan mengatakan bahwa keberadaan chatbot AI ini dapat membantu proses pembelajaran saat dikelas. Selama 24 jam setiap harinya, chatbot AI tersebut bisa diakses oleh mahasiswa.

Adapatasi terhadap inovasi teknologi ini menjadi perombakan kurikulum yang dirasa cukup cepat diterapkan oleh pihak Harvard, pasalnya di tahun 2022 sebelumnya kebijakan ini belum ada. Pihak David menambahkan seperti dilansir dari kompasTekno dan PC Mag bahwa harapan pihak Harvard melalui AI, dapat memperkirakan rasio pembelajaran satu banding satu antara dosen dan guru di kelas “”introduction to computer science” tersebut.

Profesor David J. Malan, Gordon McKay Professor of Computer Science di Universitas Harvard mengatakan bahwa keberadaan chatbot AI ini dapat membantu proses pembelajaran saat dikelas. source Harvard.edu

Pihak kampus tidak menggunakan chatbot berbasis AI dari ChatGPT yang merupakan garapan OpenAI ataupun dari Github Copilot walaupun cukup populer dikalangan programmer. David menjelaskan bahwa pihaknya mengembangkan model Large Language Model (LLM) sendiri yang diberi nama “bot CS50” menyesuaikan nama kelasnya.

Harvard mengembangkan model Large Language Model (LLM) sendiri yang diberi nama “bot CS50” . source. Harvard.edu

Chatbot ini nantinya akan memberi jawaban instan seperti ChatGPT atau AI lainnya, dan bertindak untuk mendorong mahasiswa termotivasi dalam proses pembelajaran sampai bisa menemukan jawabannya sendiri. Nantinya, chatbot ini akan tersedia secara publik dan dapat diakses oleh mahasiswa lainnya yang di luar Harvard.

Melalui edX yang merupakan program kursus online terbuka dan terbesar di AS yang dibuat oleh Harvard dan MIT, platform tersebut nantinya bisa dicoba untuk publik. Selain mahasiswa, dosen dari kampus lain juga dimungkinkan mendapatkan lisensi materi dari platform edX untuk digunakan sebagai bahan materi pembelajaran di kelas.

Sejak kemunculannya pada Novermber 2022, para guru dan dosen cukup kewalahan harus menrima tugas yang diberikan pelajar melalui ChatGPT. Bahkan salah satu profesor dari Texas A&m University-Commerce bahkan menolak memberi penilaian tugas jika itu dibuat dengan ChatGPT.

Hadir pula alat pendeteksi tulisan AI yang sempat populer dan itu pun tidak bisa memberi bantuan yang signifikan. Alat tersebut hanya berfokus pada format tulisan yang diberikan, bukan bahasa program. Guna menghindari spekulasi dan rumor yang tidak jelas dari penggunaan AI di kelas, David menyarankan bahwa perlu adanya penekanan kepada pelajar untuk pentingnya berpikir kritis. Baik saat memasukkan informasi dalam penugasan sampai penerimaan output dari chatbot AI tersebut.

Terlepas dari pro dan kontra yang ada, perkembangan teknologi akan terus berlanjut seiring dari inovasi yang ada, seperti GlobalXtreme. GlobalXtreme selaku penyedia jasa layanan Internet Fiber Optic no. 1 di Bali berkomitmen terus berdampak bagi kemajuan teknologi untuk seluruh lapisan masyarakat dan memberikan layanan terbaik kepada pelanggan melalui jaringan infrastruktur yang memadai, teknisi berpengalaman, dan layanan customer service 24/7. GlobalXtreme memberikan penawaran layanan Internet mulai dari 300.000 dan untuk info lebih lanjut hubungi (0361) 736 811.