Sejak didirikan pada 2016 lalu, perusahaan neuroteknologi asal Amerika Serikat milik Elon Musk, Ben Rapoport, Dongjin Seo, Max Hodak, Paul Merolla, Philip Sabes, Tim Gardner, Tim Hanson, dan Vanessa Tolosa, Neuralink terus mengembangkan chip yang nantinya akan ditanam di otak manusia. Sampai pada akhirnya 26 Mei lalu, peruahaan ini mendapatkan ijin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk lakukan uji klinis pertama terhadap manusia.
Dalam cuitan resminya di Twitter, Neuralink mengungkapkan bahwa dengan senang, pihaknya telah menerima persetujuan FDA untuk meluncurkan studi klinis manusia pertamanya. Melalui ijin dari Food and Drug Administration (FDA) tersebut, Neuralink diperkenankan melakukan uji coba perangkat chip mereka yang dibenamkan di kepala manusia.
Kabar tersebut juga direspon oleh pendirinya, Elon Musk melalui akun Twitter resminya dengan mengungkapkan ucapan selamat kepada tim Neuralink. Dilansir dari Liputan6, pihak Elon Musk belum membuka rekrutmen untuk uji klinis chip mereka tersebut.
Pemasangan chip otak manusia tersebut adalah bagian dari ijin uji klinis yang mereka dapatkan di mana di masa depan Elon Musk juga akan menyematkan perangkat tersebut di kepalanya sendiri. Kabar ini jelas menuai ragam pro dan kontra dari masyarakan dan bahkan FDA sendiri.
Neuralink dituding menyalahgunakan subyek tes yakni monyet yang kemudian dibantah kembali oleh perusahaan sebagaimana dikutip Engadget pada Maret lalu. Kematian subyek penelitian monyet-monyet tersebut dilaporkan setelah prototipe dari chip bernama brain computer interface (BCI) ditanamkan.
Mengutip dari dolumen internal yang diperoleh Reuters pada bulan Desember 2022 lalu, ada sekitar lebih dari 1.500 hewan yang mati dalam pengembangan Neuralink BCI sejak 2018. Menanggapi hal tersebut Inspektur Jenderal Departemen Pertanian AS (USDA) meluncurkan penyeledikan atas tuduhan itu di mana berdampak pada kekhawatiran FDA akan desain dan fungsi antarmuka saat ditanamkan pada manusia.
Sebelum Neuralink, ada perusahaan lainnya yang mengembangkan chip pada otak ini, seperti Synchron yang telah mendapat ijin FDA dalam uji coba pada 2021.
Tujuan dari Neuralink sendiri adalah untuk mengomersilkan BCI untuk medis dan terapeutik secara luas di mana mulai dari rehabilitasi stroke, cedera tilang belakang, kontrol prostetik saraf, hingga kapasitas untuk memundurkan ingatan atau mengunduhnya ke dalam robot.
Secara mekanisme, BCI menerjemahkan impuls listrik analog otak ke dalam digital 1 dan 0 yang dipahami komputer. Pentingnya ijin dari FDA ini dikarenakan metode pemasangan BCI yang dikomersilkan tersebut harus melalui pembedahan di piala kecil pada pasien.
Ujaran kontra terhadap BCI ini juga datang dari pendiri Facebook dan Meta, Mark Zuckerberg yang menilai bahwa teknologi chip otak belum cukup maju untuk orang-orang normal saat ini.
Chip otak milik Neuralink diharapkan bisa berguna bagi para penyandang disabilitas, yang memberikan kemampuan pada mereka untuk mengendalikan komputer dan perangkat seluler. Terlepas dari pro dan kontra yang ada, perkembangan teknologi akan terus berlanjut seiring dari inovasi yang ada, seperti GlobalXtreme.
GlobalXtreme selaku penyedia jasa layanan Internet Fiber Optic no. 1 di Bali berkomitmen terus berdampak bagi kemajuan teknologi untuk seluruh lapisan masyarakat dan memberikan layanan terbaik kepada pelanggan melalui jaringan infrastruktur yang memadai, teknisi berpengalaman, dan layanan customer service 24/7. GlobalXtreme memberikan penawaran layanan Internet mulai dari 300.000 dan untuk info lebih lanjut hubungi (0361) 736 811.